Ingatlah, Al-Imam As-Syafi'i berkata dalam kitabnya, Al-Umm :
" Ilmu bagaikan hewan buruan, mencatat ilmu sama dengan mengikatnya "

Abu Hanifah Muh.Faisal Al-Bantani Al-Atsary

Kamis, 04 September 2014

Melangitkan Harapan

بسم الله الر حمن الر حيم

Lihat lah serpihan harapan itu. Lihatlah dengan jelas, ia sedang menuju langit. Meskipun tak berbentuk sempurna. tapi serpihan2 itu menuju langit yg sama.

Mungkinkah mereka ditakdirkan utk bercerai berai, agar kian luas mereka meninggi. Menyemai harapan di setiap sisi langit.

Lihat lah serpihan harapan itu. kok bentuk nya lain dari serpihan lainnya. Lebih besar. Harapan milik siapa itu ? Ah beruntung lah ia, harapan terbesarnya tengah meninggi.

Baru saja ku siap2 hendak melayangkan harapan, tiba2 tawaran indah menghampiri. ssttt ada yg menawarkan jasa untuk menerbangkannya. Mana mungkin ku tolak :D

Tanpa babibu, lekas saja ia berkemas untuk menerbangkan harapan2ku. Ah siapa lelaki ini, baik betul. Tanpa pamrih, tanpa niat jahat. tanpa keluh kesah. Namun tanpa basa-basi pula. Buat kaget saja. :D

Lalu mulailah ia terbangkan harapan2ku itu sambil duduk di pasir putih yang begitu bersih. aku pun turut duduk. Lalu ia bertanya, “harapanmu yang satu itu terlihat sedikit besar dari yang lain, apa isinya ?”

ahh..mendengar p’tanyaan itu aku tersipu malu sambil menjawab “hmm hanya sebuah harapan suci, tak lebih”. dia seolah paham sambil mengeluarkan kata “ohhh”..

"aku pun baru saja menerbangkan harapan terbesarku", jelasnya. 

"apa yg kulihat tadi itu harapan milik mu ?" tanyaku. dia m’jawab "iya..karena yang menerbangkan harapan di tempat ini hanya kita" lanjutnya.

"apa? hanya kita? " tanyaku seolah tak percaya.
“iya” jawabnya. 

"bagaimana bisa orang banyak tak tahu tempat ini ?" tanyaku
"tempat ini hanya diperuntukkan bagi orang yang yakin dan tak putus asa dengan harapan2nya, makanya sedikit sekali mereka yang berkunjung kesini, sebab banyak orang yang putus asa akan harapannya" jelasnya.

"oh bgtuuu" jawabku sekena nya. Sambil ku sapu pandanganku ke daerah sekitar. Memang benar, tempat ini sepi. Aku baru sadar. 

"hmm memangnya, harapan terbesar mu apa? kok besar sekali ?" tanyaku penasaran.
 ”harapan itu sekedar harapan kekuatan” jelasnya. 
"kekuatan ? hanya itu ?" tanyaku. 
"ya, hanya itu" jawabnya. 
merasa tak puas ku lanjutkan pertanyaan ku ” kekuatan untuk ?”

"…untuk memikul tanggungjawab besar, makanya harapan itu besar pula bentuknya bukan ? sebab tanggung jawab itu syurga dan nerakaku. Harapan itu lah yang aku utamakan untuk memboyong istri, anak, dan keluargaku kelak menuju syurgaNya." jelasnya dengan mantap.

Aku mengangguk takjub. “harapan yg indah, beruntung sekali mereka yg akan kau ajak kesana” jawabku sedikit iba.

 ” lho, kok cemberut begitu ?” tanya nya. 

"karena harapan besar punya ku itu, kelak ada yg memegang erat tanganku menuju kesana, tak meninggalkanku barang sedikit pun" paparku.

 ”aku tahu” jawab nya. 
"kok bisa ?" tanyaku keheranan. 

dia bangkit dari duduknya sambil menjawab, “sebab itu lah ku bantu untuk melangitkan harapanmu, karena ku perintahkan harapan terbesarku untuk menanti harapanmu itu diatas sana kemudian terbang bersama menuju langit tertinggi”.

kemudian ia melangkah pergi, meninggalkan aku yang tengah kaku mendengar kata-katanya barusan.
Mendengar jawabannya sontak kepalaku pusing. sedikit berkunang2. Mataku sempat menangkap sebuah ukiran di langit sana yang tertulis “DOA”. kemudian pandanganku gelap.

Tersadar, ku bangun dari baringku. Ya Allah, ternyata mimpi. beralaskan sejadah pula. hmm.. indah betul mimpi itu.

Hey!! siapa lelaki tadi. Haduh…(*tepok jidat)

Kenapa tak kuberanikan diri tadi sedikit saja menoleh untuk mengintip wajah nya atau sekedar menanyakan namanya. ahh… menyesal memang sifatnya susulan.

Tapiii…jawabannya tadi membuatku jatuh cinta. 
Bahagianya menantimu. Kuharap waktu tak berjalan lamban :D

Selasa, 19 Agustus 2014

Demi Sebuah Senyuman :-)

بسم الله الر حمن الر حيم

Demi sebuah senyuman, hanya butuh pengorbanan untuk melenyapkan segala kesedihan

Demi sebuah senyuman, hanya butuh memenangkan obat di atas segala luka

Demi sebuah senyuman, hanya butuh sabar menyambut kedatangan pelangi indah setelah rinai kedukaan

Demi sebuah senyuman, hanya butuh bertahan di penghujung pekatnya malam untuk tetap terjaga menunggu garis fajar menyapa

Demi sebuah senyuman, hanya butuh selimut pengharapan di tengah kedinginan asa dan berharap esok pagi akan ada angin yang lebih hangat yang membangunkan setiap mimpi menjadi nyata 

Membina Jiwa Paripurna

بسم الله الر حمن الر حيم

Membina jiwa yang paripurna ternyata butuh tekad yang bijaksana

->bijaksana untuk tegas menatap
-> bijaksana dalam langkah yang mantap
-> bijaksana dalam sikap yang cakap

Membina jiwa yang paripurna ternyata butuh tekad yang juga sempurna

-> sempurna dalam berharap
-> sempurna dalam mengatur siasat
-> sempurna untuk menjadi kuat

Membina jiwa yang paripurna ternyata pantang untuk merana

-> merana karena putus asa
-> merasa karena merasa sia-sia
-> merana karena merasa habis masa

Membina jiwa yang paripurna ternyata tidak cukup karena terlena

-> terlena karena kenyang akan sanjungan
-> terlena karena diraja-i angan-angan
-> terlena karena memegang kekuasaan

Membina jiwa yang paripurna itu ternyata sederhana

-> sederhana atas keinginan
-> sederhana atas kepemilikan
-> sederhana dalam berkepribadian

Selama belum bisa bijaksana, belum punya tekad yang sempurna, selama masih terlena, dan selama belum bisa sederhana…

maka„, 
'berparipurnalah' dalam belajar dengan paripurna yang 'sesempurna-sempurna' nya

Kamis, 07 Agustus 2014

Hati2lah ! Kau pun akan LEMAH karena 'nya' :-)

بسم الله الر حمن الر حيم

Dulu aku terlahir sempurna tak kurang satu apapun. Organ2 tubuh pun lengkap. Sehat berfungsi sebagaimana mestinya.

Lalu ibuku merawatku sedemikian rupa dgn kasih sayangnya. Makanan2 bergizi tinggi dan bervitamin lengkap beliau penuhi agar aku sehat selalu. Dan benar. Tubuhku sehat, kekar, gemuk, menggemaskan.
Namun dlm keadaan bgitu, tetap saja aku hanyalah bocah kecil yang jika terlempar sebuah  benda atau tersakiti aku pasti menangis. Begitu lemahnya diriku kala itu dibalik kemontokkan badanku saat itu yang begitu menggemaskan.

Kini.....
Ku tumbuh dari anak-anak menuju remaja, kemudian dewasa. Pertumbuhan ku pun cukup bagus karena jasa ibuku yang dengan telaten nya merawatku. Namun aku pun masih belum begitu kuat untuk menerima paparan dari luar. Pengaruh2 teman serta pergaulan yang di zamanku kala itu sudah terbilang cukup memprihatinkan etikanya. Ada yang berani membentak orgtuanya lah, berperangai buruk thdp teman2,  pun dengan orang yang tak dikenal selalu usil.

Kalau lah orangtuaku membiarkanku terjebam dalam lingkungan seperti itu, mungkin tidak ada beda nya aku dengan mereka.
Sudah dijaga betul2 pun acapkali perangaiku tak ubah nya seperti mereka pula. Tapi levelnya mungkin masih dibawah mereka. Hanya saja jika prilaku ku sudah kelewat batas menurut ukuran orgtuaku, seketika aku pun bisa langsung terdiam membisu jika ibuku sudah mulai serius dalam marahnya.

Aahh.. Betapa warna warni nya masa2 itu menjelang dewasa ini.

Dan sekarang.. Tebak lah.. Bagaimana wujudku dewasa ini.
Hmmm. Kurasa biasa saja :-)
Yg penting masih dlm tahap normal dan keadaan yang selalu mengharuskan aku terus bersyukur :-D

Setelah melewati beberapa fase itu, sudahkah aku kuat ???

Mgkin dlm beberapa hal aku cukup kuat. Namun bgtu banyak kelemahanku.

Salah satunyaaaaa....

Semakin dewasa, paparan yg datang semakin menggebu dan tak beraturan. Aku mulai mengenal rasa 'ini' dan 'itu'. Ya rasa 'itu'.. Ahh..Kau pun pasti pernah merasakannya..atau sedang merasakannya. Itu lah rasa nya. Rasa yang tak terlihat karena tempatnya begitu dalam..Dalam,,, sedalam kau menyelami palung lautan. Yang terkadang rasa itu tak tersentuh sama sekali karena saking dalam nya.

Kenapa ? Karena rasa itu bersemayam di 'hati'..
Yaaa.. Hati lagi.. Hati lagi..

Hmmmm :-)

Dalamnya lautan boleh lah dapat dikira, tapi ajaibnya, dalamnya hati siapa yg tau.

Seolah ia tersembunyi tak berjejak. Jarum dalam jerami pun punya kemungkinan untuk ditemukan. Tapi mencari rasa yg ada di dalam hati. Tak terkira sulit nya. Butuh waktu panjang. Untuk memahami, untuk menelisik...sebenarnya rasa apa itu.
Bukan manis, asam , asin, pedas, kecut.
Bukan. Tapi rasa yg berbeda.
Yg kadang tak terdeteksi, sehingga tak bernama.

Ya rasa... Rasa .. Rasa ..

ahh... Kau akan lemah karena nya.. :-)

Selasa, 05 Agustus 2014

Jejak di Penjuru Hati

بسم الله الر حمن الرحيم

Wahai Dzat yanga Maha Lembut ...

Tiadalah ku ingkari bahwa menghadirkanMu dalam setiap relung hati adalah suatu keniscayaan, tatkala Kau berjanji bahwa ketenangan yang hakiki akan datang manakala hamba-hambaMu menyertai namaMu dalam setiap ingatanNya.

Tiadalah kegusaran ada padaku mengingat akanMu. Justru semakin mengingatMu, semakin besar pula wujud kehambaanku dihadapanMu.

Sungguh nyatalah, bahwa Kau betul-betul berbeda dengan makhlukMu.
Nyatalah bahwa mengingat - ingat akan hambaMu justru membuat hati gusar kepayahan. Tak ku temukan  sedikitpun rasa senang dan tenang sebagaimana yang ku temukan ketika yang kuingat adalah diriMu.


Duhai Engkau yang Maha Lembut ...

 Bagaimanakah kiranya jika aku kehilanganMu. Tentu hilang pula fitrahku yang Kau ciptakan sebagai makhluk berhati lembut. Hilanglah caraku menerima segala kuasaMu atasku dengan kelembutan pula.
Tentu hancur binasa aku sebelum bertemu denganMu. Tentu bersepahlah harga diriku sebagai hambaMu. 

Duhai Engkau yang Maha Lembut ...

Begitu terasa lembut belaiMu mengobati luka hati yang tersayat oleh dosa dan maksiat. Begitu lembut Kau usap gores pilu yang menciderai setiap sisi hati. 
Akankah lagi ku sia-siakan Engkau dalam hatiku yang terlanjur 'rombeng' tak berbentuk. 
Duhai Engkau yang Maha Pencinta... Begitu tak layak tempat itu untukMu.

Tapi...
Bukankah Engkau yang Maha Lembut akan memberiku bentuk hati yang baru ???  :-)

Yaa... itu pasti.
Sebab ketenangan itulah yang membuktikan bahwa hati yang baru akan mulai menyemai kasih sayangMu di segala penjuru. 
Yaa.. Penjuru Hati. 
Hati yang Kau kehendaki.  :-)

Sabtu, 21 Juni 2014

Rabu, 30 April 2014

Antara 3 bagi Manusia

بسم الله الر حمن الرحيم

ِِAntara jodoh, rezeki, dan maut, kita tak akan pernah tau mana diantara ketiga nya yang lebih dulu menghampiri. Karena yang pasti ketiga-tiganya mesti dipersiapkan, dan 2 yang mesti diusahakan.

Antara ketiganya terdapat kesiambungan. Dari datangnya jodoh pasti membutuhkan rezeki.

Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang ingin melakukan yang terbaik dikehidupan dunianya dan mendulang pahala di akhiratnya. Maka dengan jodoh pula lah yang mampu menyempurnakan sebagian imannya. Insya Allah pula, akan sempurnalah imannya ketika maut menghampiri, karena sebaik-baik bekal adalah iman. Tentu iman yang sempurna lagi baik yang bisa menghantarkan kita ke jannahNya.

Antara Hidayah dan Balasannya

بسم الله الر جمن الر حيم

Berbicara masalah hidayah, hidayah bisa kita dapatkan dari manapun dan dari kejadian apapun. Tapi hidayah tidak bisa kita sebut datangnya dari kita manakala kita membawa seseorang atau lebih ke jalan yang benar. 

Kewajiban kita hanya berusaha mengajak tanpa mengharapkan balasan darinya, karena kebaikan itu hakikatnya kita lakukan hanya karena Allah dan hanya mengharap balasan dari Allah. Balasannya adalah dengan cara Allah lah yang menggerakkan hati seseorang melalui perantara kita. 

Jika ia istiqamah terus menjalankan kebaikan-kebaikan itu, bukan hanya ia yang mendapatkan pahala. kita yang mengajaknya pun akan mendapatkan pahalanya. Pahala itu terus mengalir sepanjang ia menjalani kebaikan yang kita tunjukkan kepadanya diwaktu yang lalu.

Selayaknya kita tak perlu risau manakala kata terima kasih itu tidak kita dapatkan, karena lebih dari ucapan terima kasih itu, insya Allah kita telah mendapatkan balasan terbaik dari Allah, yang pemberiannya jauh lebih baik dari hambaNya. 

Tak habis nya soal CINTA :-)

بسم الله الر حمن الر حيم

#hakikat mencintai seseorang bukan tertuju kepada sosoknya. Tapi yang tertuju kepada Rabbnya- Mahabbah

#cinta kepada Allah bukan sekedar mengucap kalimah syahadat, tapi yang mampu memaknai dalam hati bahwa cinta Allah adalah abadi

#cinta kepada Allah haruslah seperti bejana yang dipenuhi air jernih. Sehingga tak ada ruang kosong yang terisi oleh yang lain

#cinta kepada Allah adalah dengan mencintai makhluknya. Cinta kepada makhluknya akan menghantarkan cinta kita kepada Allah

#cinta kepada manusia yaitu cinta seorang istri kepada suaminya, sehingga ada hadits yang menyebutkan jika ada perintah untuk bersujud kepada manusia, maka seorang suami lah yang berhak untuk mendapatkannya dari istri.

#bagaimana cinta orang tua yang mampu menghantarkan cinta mereka kepada Allah ? maka berlaku adillah terhadap anak-anakmu

#cinta kepada Allah adalah berbuat baik terhadap orang tua

Yang Hilang kan Berganti :)

بسم الله الرحمن الرحيم

Teman ku bilang bahwa "datang dan pergi itu sudah biasa"


aku berfikir ... apakah memang se"biasa" itu...?? bagaimana jika ada perasaan yang sudah terlibat di dalamnya ?? apakah memang bisa se"biasa" yang biasanya. 

hmmm... bagi wanita urusan perasaan itu amat begitu penting. Entah dari mana asalnya dan dari siapa itu diturunkan. Yang jelas wanita sangat lah peka soal perasaan. 

Datang dan pergi yang hanya berwujud diri mungkin memang biasa. Seperti ketika awal perjumpaan dengan seseorang dan beberapa orang , kemudian saling berkawan dan pada saat nya berpisah,, ya berpisah untuk menjalani pilihan hidup masing-masing. Itu memang biasa. 

Tapi bagaimana jika ada perasaan yang sempat tersangkut selama bertahun-tahun bersama dan saling mengaitkan perasaan itu masing-masing ??? apakah sebuah perpisahan bisa dibilang biasa ???

Haha,,, wajarnya sih tidak semudah itu untuk menjadikannya hal yang biasa. Lantas jika sudah begitu mau apa ?? haha.. saya pun tak tau.. Mungkin hanya bisa bilang " ya kita lihat saja, kemana waktu akan membawa lanjutan kisahnya .. :-)

Ketika sebuah pilihan telah ditetapkan . Maka kita bisa berbuat apa ? semua orang punya pilihan hidup masing-masing sesuai dengan tujuan hidupnya di depan. Baiklah...

jika memang seseorang itu bisa lebih mendahulukan kepentingan dirinya sendiri, lantas apa yang membuatmu untuk tetap bertahan ? Jika ternyata pilihan hidupnya itu membuat hatimu terasa sesak dan begitu menyakitkan. Apakah hidupmu ditentukan dengan tindakannya, lantas kau berputus asa untuk melanjutkan mimpi-mimpimu ??? Saya rasa hal itu begitu sangat merugikan dirimu sendiri. amat sangat merugikan. 

sangat lah disayangkan, hancur kehidupan hanya karena perbuatan seorang manusia. Padahal banyak sekali orang-orang disekitar mu yang jauh lebih baik dan memberimu manfaat. entah itu saling bermuamalah, silaturahim, bersahabat, saling berbagi ilmu... ahhh... masih banyak amal yang bisa membuat kita saling memberi manfaat . Simbiosis Mutualisme ,,, hehe :) 

Satu orang atau beberapa orang itu, mungkin Allah hadirkan untuk menguji iman mu, kesungguhanmu, kesabaran mu dan melatih mu agar kuat menghadapi keadaan yang mungkin akan lebih berat dari yang pernah dialami. 


bagai kepergian pekatnya malam yang selalu terganti dengan hadir nya pagi
bagai kepergian lebatnya hujan yang selalu terganti dengan munculnya pelangi....

yaa... begitulah hidup.... Banyak rasa banyak pula makna. Banyak ujian dan masih banyak juga pelajaran yang harus kita gali. Aaaahhh.... sebenarnya hidup ini terlalu indah jika kita nikmati segala rasa yang hadir kemudian tersenyum dalam kebahagiaan ataupun penderitaan...Kuat kan tekad, bahwa kau pun berhak menentukan kebaikan untuk masa depanmu.  

Tak usah lah risau dengan yang pergi.... karena yang pergi akan selalu berganti

Yang datang kemudian tentu lebih indah dari yang sebelumnya ,, kala kita bersabar menghadapi keadaan yang sebelumnya.

Hanya waktu yang menjadi lawan kita. 

Dan senjata kita adalah SABAR  :-)


Kamis, 03 April 2014

Sepucuk surat untukmu... Calon Imamku :-)

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuhu

Wahai Imamku di masa depan, apa kabarnya kau disana ? Masihkah semangat berjuang menemuiku ?
Dan aku di sini tak kenal kata lelah dan menyerah untuk senantiasa mencarimu. Memantaskan diri di hadapan Allah. Ku harap kau pun begitu.

Aku belajar banyak hal, agar suatu saat ,,, jika Allah sudah menentukan waktunya,,, kita akan bertemu.

dan saat itu aku sudah benar-benar siap untuk berjuang di jalan dakwah bersamamu. Membela agama Allah, mendidik mujahid dan mujahidah kecil kita sepenuh hati. Membangun keluarga yang penuh cinta dan bersama membangun istana di syurga.

Wahai imamku...
Ku sadar... diriku jauh dari sempurna
Aku memang bukan Siti Khadijah,,, tapi aku belajar setia darinya.
Bukan pula Siti Asiyah,, tapi aku belajar bersabar darinya.
Aku bukanlah Siti Aisyah, tapi aku belajar ikhlas darinya.
Bukan pula Fathimah binti Muhammad, namun aku belajar tabah darinya.

Kau tahu wahai imamku,,, aku sangatlah pencemburu.
Semoga,, kita senantiasa menjaga hati kita disaat berjauhan.
Bersabarlah,,,yakinlah Allah pasti mempertemukan kita

Jika memang dunia ini bukan tempat pertemuan kita... Insya Allah kita akan bertemu di JannahNya kelak.

Semangatlah duhai Kasihku...
Aku selalu menunggumu...

Salam sayang,, 
Istri masa depanmu 

@Muslimah_talk

Kamis, 27 Maret 2014

Haruskah Pernikahan Didasari Rasa Cinta? Dengarkan Kisah Nyata Akhwat Gorontalo

بسم الله الر حمن الر حيم

Seorang akhwat menceritakan kenangan masa lalunya yang tak terlupakan:

“Namaku Mariani, orang-orang biasa memangilku Aryani. Ini adalah kisah perjalanan hidupku yang hingga hari ini masih belum lengkang dalam benakku. Sebuah kisah yang nyaris membuatku menyesal seumur hidup bila aku sendiri saat itu tidak berani mengambil sikap. Yah, sebuah perjalanan kisah yang sungguh aku sendiri takjub dibuatnya, sebab aku sendiri menyangka bahwa di dunia ini mungkin tak ada lagi orang seperti dia.

 Tahun 2007 silam, aku dipaksa orang tuaku menikah dengan seorang pria, Kak Arfan namanya. Kak Arfan adalah seorang lelaki yang tinggal sekampung denganku, tapi dia seleting dengan kakakku saat sekolah dulu. Usia kami terpaut 4 Tahun. Yang aku tahu bahwa sejak kecilnya Kak Arfan adalah anak yang taat kepada orang tuanya dan juga rajin ibadah. Tabiatnya yang seperti itu terbawa-bawa sampai ia dewasa. Aku merasa risih sendiri dengan Kak Arfan apabila berpapasan dijalan, sebab sopan santunya sepertinya terlalu berlebihan pada orang-orang. Geli aku menyaksikannya, yah, kampungan banget gelagatnya…,

 Setiap ada acara-acara ramai di kampung pun Kak Arfan tak pernah kelihatan bergabung sama teman-teman seusianya. Yaah, pasti kalau dicek ke rumahnya pun gak ada, orang tuanya pasti menjawab “Kak Arfan di mesjid nak, menghadiri taklim”. Dan memang mudah sekali mencari Kak Arfan, sejak lulus dari Pesantren Al-Khairat Kota Gorontalo.

 Kak Arfan sering menghabiskan waktunya membantu orang tuanya jualan, kadang terlihat bersama bapaknya di kebun atau di sawah. Meskipun kadang sebagian teman sebayanya menyayangkan potensi dan kelebihan-kelebihannya yang tidak tersalurkan. Secara fisik memang Kak Arfan hampir tidak sepadan dengan ukuran ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Sebab kadang gadis-gadis kampung suka menggodanya kalau Kak Arfan dalam keadaan rapi menghadiri acara-acara di desa.Tapi bagiku sendiri, itu adalah hal yang biasa-biasa saja, sebab aku sendiri merasa bahwa sosok Kak Arfan adalah sosok yang tidak istimewa. Apa istimewanya menghadiri taklim, kuper dan kampungan banget. Kadang hatiku sendiri bertanya, koq bisa yah, ada orang yang sekolah di kota namun begitu kembali tak ada sedikitpun ciri-ciri kekotaan melekat pada dirinya, HP gak ada. Selain bantu orang tua, pasti kerjanya ngaji, sholat, taklim dan kembali ke kerja lagi. Seolah ruang lingkup hidupnya hanya monoton pada itu-itu saja, ke bioskop kek, ngumpul bareng teman-teman kek stiap malam minggunya di pertigaan kampung yang ramainya luar biasa setiap malam minggu dan malam kamisnya. Apalagi setiap malam kamis dan malam minggunya ada acara curhat kisah yang TOP banget disebuah station Radio Swasta di gorontalo, kalau tidak salah ingat nama acaranya Suara Hati dan nama penyiarnya juga Satrio Herlambang.

 Waktu terus bergulir dan seperti gadis-gadis modern pada umumnya yang tidak lepas dengan kata Pacaran, akupun demikian. Aku sendiri memiliki kekasih yang begitu sangat aku cintai, namanya Boby. Masa-masa indah kulewati bersama Boby. Indah kurasakan dunia remajaku saat itu. Kedua orang tua Boby sangat menyayangi aku dan sepertinya memiliki sinyal-sinyal restunya atas hubungan kami. Hingga musibah itu tiba, aku dilamar oleh seorang pria yang sudah sangat aku kenal. Yah siapa lagi kalau bukan si kuper Kak Arfan lewat pamanku. Orang tuanya Kak Arfan melamarku untuk anaknya yang kampungan itu.

 Mendengar penuturan mama saat memberitahu padaku tentang lamaran itu, kurasakan dunia ini gelap, kepalaku pening…, aku berteriak sekencang-kencangnya menolak permintaan lamaran itu dengan tegas dan terbelit-belit aku sampaikan langsung pada kedua orang tuaku bahwa aku menolak lamaran keluarganya Kak Arfan. dan dengan terang-terangan pula aku sampaikan pula bahwa aku memiliki kekasih pujaan hatiku, Boby.

 Mendengar semua itu ibuku shock dan jatuh tersungkur kelantai. Akupun tak menduga kalau sikapku yang egois itu akan membuat mama shock. Baru kutahu bahwa yang menyebabkan mama shok itu karena beliau sudah menerima secara resmi lamaran dari orang tuanya Kak Arfan. Hatiku sedih saat itu, kurasakan dunia begitu kelabu. Aku seperti menelan buah simalakama, seperti orang yang paranoid, tidak tahu harus ikut kata orang tua atau lari bersama kekasih hatiku Boby.

 Hatiku sedih saat itu. Dengan berat hati dan penuh kesedihan aku menerima lamaran Kak Arfan untuk menjadi istrinya dan kujadikan malam terakhir perjumapaanku dengan Boby di rumahku untuk meluapkan kesedihanku. Meskipun kami saling mencintai, tapi mau tidak mau Boby harus merelakan aku menikah dengan Kak Arfan. Karena dia sendiri mengakui bahwa dia belum siap membina rumah tangga saat itu.

 Tanggal 11 Agustus 2007 akhirnya pernikahanku pun digelar. Aku merasa bahwa pernikahan itu begitu menyesakkan dadaku. Air mataku tumpah di malam resepsi pernikahan itu. Di tengah senyuman orang-orang yang hadir pada acara itu, mungkin akulah yang paling tersiksa. Karena harus melepaskan masa remajaku dan menikah dengan lelaki yang tidak pernah kucintai. Dan yang paling membuatku tak bisa menahan air mataku, mantan kekasihku boby hadir juga pada resepsi pernikahan tersebut. Ya Allah mengapa semua ini harus terjadi padaku ya Allah… mengapa aku yang harus jadi korban dari semua ini?

 Waktu terus berputar dan malam pun semakin merayap. Hingga usailah acara resepsi pernikahan kami. Satu per satu para undangan pamit pulang hingga sepi lah rumah kami. Saat masuk ke dalam kamar, aku tidak mendapati suamiku Kak Arfan di dalamnya. Dan sebagai seorang istri yang hanya terpaksa menikah dengannya, maka aku pun membiarkannya dan langsung membaringkan tubuhku setalah sebelumnya menghapus make-up pengantinku dan melepaskan gaun pengantinku. Aku bahkan tak perduli kemana suamiku saat itu. Karena rasa capek dan diserang kantuk, aku pun akhirnya tertidur.

 Tiba-tiba di sepertiga malam, aku tersentak tatkala melihat ada sosok hitam yang berdiri disamping ranjang tidurku. Dadaku berdegup kencang. Aku hampir saja berteriak histeris, andai saja saat itu tak kudengar seruan takbir terucap lirih dari sosok yang berdiri itu. Perlahan kuperhatikan dengan seksama, ternyata sosok yang berdiri di sampingku itu adalah Kak Arfan suamiku yang sedang sholat tahajud. Perlahan aku baringkan tubuhku sambil membalikkan diriku membelakanginya yang saat itu sedang sholat tahajud. Ya Allah aku lupa bahwa sekarang aku telah menjadi istrinya Kak Arfan. Tapi meskipun demikian, aku masih tak bisa menerima kehadirannya dalam hidupku. Saat itu karena masih dibawah perasaan ngantuk, aku pun kembali teridur. Hingga pukul 04.00 dini hari, kudapati suamiku sedang tidur beralaskan sajadah dibawah ranjang pengantin kami.

 Dadaku kembali berdetak kencang kala mendapatinya. Aku masih belum percaya kalau aku telah bersuami. Tapi ada sebuah pertanyaaan terbetik dalam benakku. Mengapa dia tidak tidur di ranjang bersamaku. Kalaupun dia belum ingin menyentuhku, paling gak dia tidur seranjang denganku itukan logikanya. Ada apa ini? ujarku perlahan dalam hati. Aku sendiri merasa bahwa mungkin malam itu Kak Arfan kecapekan sama sepertiku sehingga dia tidak mendatangiku dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami. Tapi apa peduliku dengan itu semua, toh akupun tidak menginginkannya, gumamku dalam hati.

 Hari-hari terus berlalu. Kami pun mejalani aktifitas kami masing-masing, KakArfan bekerja mencari rezeki dengan pekerjaannya. Sedangkan aku di rumah berusaha semaksimal mungkin untuk memahami bahwa aku telah bersuami dan memiliki kewajiban melayani suamiku. Yah minimal menyediakan makanannya, meskipun kenangan-kenangan bersama Boby belum hilang dari benakku, aku bahkan masih merindukannya.

 Semula kufikir bahwa prilaku Kak Arfan yang tidak pernah menyentuhku dan menunaikan kewajibannya sebagai suami itu hanya terjadi malam pernikahan kami. Tapi ternyata yang terjadi hampir setiap malam sejak malam pengantin itu, Kak Arfan selalu tidur beralaskan permadani di bawah ranjang atau tidur di atas sofa dalam kamar kami. Dia tidak pernah menyentuhku walau hanya menjabat tanganku. Jujur segala kebutuhanku selalu dipenuhinya. Secara lahir dia selalu menafkahiku, bahkan nafkah lahir yang dia berikan lebih dari apa yang aku butuhan. Tapi soal biologis, Kak Arfan tak pernah sama sekali mengungkit- ungkitnya atau menuntutnya dariku. Bahkan yang tidak pernah kufahami, pernah secara tidak sengaja kami bertabrakan di depan pintu kamar, Kak Arfan meminta maaf seolah merasa bersalah karena telah menyetuhku.

 Ada apa dengan Kak Arfan? Apakah dia lelaki normal? kenapa dia begitu dingin padaku? apakah aku kurang di matanya? atau? pendengar, jujur merasakan semua itu, membuat banyak pertanyaan berkecamuk dalam benakku. Ada apa dengan suamiku? bukankah dia adalah pria yang beragama dan tahu bahwa menafkahi istri itu secara lahir dan batin adalah kewajibannya? ada apa dengannya? padahal setiap hari dia mengisi acara-acara keagamaan di mesjid. Dia begitu santun pada orang-orang dan begitu patuh kepada kedua orangtuanya. Bahkan terhadap aku pun hampir semua kewajibannya telah dia tunaikan dengan hikmat, tidak pernah sekali pun dia bersikap kasar dan berkata-kata keras padaku. Bahkan Kak Arfan terlalu lembut bagiku.

 Tapi satu yang belum dia tunaikan yaitu nafkah batinku. Aku sendiri saat mendapat perlakuan darinya setiap hari yang begitu lembutnya mulai menumbuhkan rasa cintaku padanya dan membuatku perlahan-lahan melupakan masa laluku bersama Boby. Aku bahkan mulai merindukannya tatkala dia sedang tidak dirumah. Aku bahkan selalu berusaha menyenangkan hatinya dengan melakukan apa-apa yang dia anjurkannya lewat ceramah-ceramahnya pada wanita-wanita muslimah, yakni mulai memakai busana muslimah yang syar’i.



 Memang dua hari setelah pernikahan kami, Kak Arfan memberiku hadiah yang diisi dalam karton besar. Semula aku mengira bahwa hadiah itu adalah alat-alat rumah tangga. Tapi setelah kubuka, ternyata isinya lima potong jubah panjang berwarna gelap, lima buah jilbab panjang sampai selutut juga berwana gelap, lima buah kaos kaki tebal panjang berwarnah hitam dan lima pasang manset berwarna gelap pula. Jujur saat membukanya aku sedikit tersinggung, sebab yang ada dalam bayanganku bahwa inilah konsekuensi menikah dengan seorang ustadz. Aku mengira bahwa dia akan memaksa aku untuk menggunakannya. Ternyata dugaanku salah sama sekali. Sebab hadiah itu tidak pernah disentuhnya atau ditanyakannya.

 Kini aku mulai menggunakannya tanpa paksaan siapapun. Kukenakan busana itu agar dia tahu bahwa aku mulai menganggapnya istimewa. Bahkan kebiasaannya sebelum tidur dalam mengajipun sudah mulai aku ikuti. Kadang ceramah-ceramahnya di mesjid sering aku ikuti dan aku praktekan di rumah.

 Tapi satu yang belum bisa aku mengerti darinya. Entah mengapa hingga enam bulan pernikahan kami dia tidak pernah menyentuhku. Setiap masuk kamar pasti sebelum tidur, dia selalu mengawali dengan mengaji, lalu tidur di atas hamparan permadani dibawah ranjang hingga terjaga lagi di sepertiga malam, lalu melaksanakan sholat tahajud. Hingga suatu saat Kak Arfan jatuh sakit. Tubuhnya demam dan panasnya sangat tinggi. Aku sendiri bingung bagaimana cara menanganinya. Sebab Kak Arfan sendiri tidak pernah menyentuhku. Aku khawatir dia akan menolakku bila aku menawarkan jasa membantunya. Ya Allah..apa yang harus aku lakukan saat ini. Aku ingin sekali meringankan sakitnya, tapi apa yang harus saya lakukan ya Allah..

 Malam itu aku tidur dalam kegelisahan. Aku tak bisa tidur mendengar hembusan nafasnya yang seolah sesak. Kudengar Kak Arfan pun sering mengigau kecil. Mungkin karena suhu panasnya yang tinggi sehingga ia selalu mengigau. Sementara malam begitu dingin, hujan sangat deras disetai angin yang bertiup kencang. Kasihan Kak Arfan, pasti dia sangat kedinginan saat ini. Perlahan aku bangun dari pembaringan dan menatapnya yang sedang tertidur pulas. Kupasangkan selimutnya yang sudah menjulur kekakinya. Ingin sekali aku merebahkan diriku di sampingnya atau sekedar mengompresnya. Tapi aku tak tahu bagaimana harus memulainya. Hingga akhirnya aku tak kuasa menahan keinginan hatiku untuk mendekatkan tanganku di dahinya untuk meraba suhu panas tubuhnya.

Tapi baru beberapa detik tanganku menyentuh kulit dahinya, Kak Arfan terbangun dan langsung duduk agak menjauh dariku sambil berujar ”Afwan dek, kau belum tidur? kenapa ada di bawah? nanti kau kedinginan? ayo naik lagi ke ranjangmu dan tidur lagi, nanti besok kau capek dan jatuh sakit?” pinta kak Arfan padaku. Hatiku miris saat mendengar semua itu. Dadaku sesak, mengapa Kak Arfan selalu dingin padaku. Apakah dia menganggap aku orang lain. Apakah di hatinya tak ada cinta sama sekali untukku. Tanpa kusadari air mataku menetes sambil menahan isak yang ingin sekali kulapkan dengan teriakan. Hingga akhirnya gemuruh di hatiku tak bisa kubendung juga.

 ”Afwan kak, kenapa sikapmu selama ini padaku begitu dingin? kau bahkan tak pernah mau menyentuhku walaupun hanya sekedar menjabat tanganku? bukankah aku ini istrimu? bukankah aku telah halal buatmu? lalu mengapa kau jadikan aku sebagai patung perhiasan kamarmu? apa artinya diriku bagimu kak? apa artinya aku bagimu kak? kalau kau tidak mencintaiku lantas mengapa kau menikahiku? mengapa kak? mengapa?” Ujarku disela isak tangis yang tak bisa kutahan.

Tak ada reaksi apapun dari Kak Arfan menanggapi galaunya hatiku dalam tangis yang tersedu itu. Yang nampak adalah dia memperbaiki posisi duduknya dan melirik jam yang menempel di dinding kamar kami. Hingga akhirnya dia mendekatiku dan perlahan berujar padaku:

”Dek, jangan kau pernah bertanya pada kakak tentang perasaan ini padamu. Karena sesungguhnya kakak begitu sangat mencintaimu. Tetapi tanyakanlah semua itu pada dirimu sendiri. Apakah saat ini telah ada cinta di hatimu untuk kakak? kakak tahu dan kakak yakin pasti suatu saat kau akan bertanya mengapa sikap kaka selama ini begitu dingin padamu. Sebelumnya kakak minta maaf bila semuanya baru kakak kabarkan padamu malam ini. Kau mau tanyakan apa maksud kakak sebenarnya dengan semua ini?" ujar Kak Arfan dengan agak sedikit gugup.

“Iya tolong jelaskan pada saya Kak, mengapa kakak begitu tega melakukan inipada saya? tolong jelaskan Kak?” Ujarku menimpali tuturnya kak Arfan.

“Hhhhhmmm, Dek kau tahu apa itu pelacur? dan apa pekerjaan seorang pelacur? afwan dek dalam pemahaman kakak, seorang pelacur itu adalah seorang wanita penghibur yang kerjanya melayani para lelaki hidung belang untuk mendapatkan materi tanpa peduli apakah di hatinya ada cinta untuk lelaki itu atau tidak. Bahkan seorang pelacur terkadang harus meneteskan air mata mana kala dia harus melayani nafsu lelaki yang tidak dicintainya. Bahkan dia sendiri tidak merasakan kesenangan dari apa yang sedang terjadi saat itu. kakak tidak ingin hal itu terjadi padamu dek.

 Kau istriku dek, betapa bejatnya kakak ketika kakak harus memaksamu melayani kakak dengan paksaan saat malam pertama pernikahan kita. Sedangkan di hatimu tak ada cinta sama sekali buat kaka. Alangkah berdosanya kakak, bila pada saat melampiaskan birahi kakak padamu malam itu, sementara yang ada dalam benakmu bukanlah kakak tetapi ada lelaki lain. Kau tahu dek, sehari sebelum pernikahan kita digelar, kakak sempat datang ke rumahmu untuk memenuhi undangan Bapakmu. Tapi begitu kakak berada di depan pintu pagar rumahmu, kaka melihat dengan mata kepala kakak sendiri kesedihanmu yang kau lampiaskan pada kekasihmu boby. Kau ungkapkan pada Boby bahwa kau tidak mencintai kakak. Kau ungkapkan pada Boby bahwa kau hanya akan mencintainya selamanya. Saat itu kakak merasa bahwa kakak telah mermpas kebahagiaanmu.

 Kakak yakin bahwa kau menerima pinangan kakak itu karena terpaksa. Kakak juga mempelajari sikapmu saat di pelaminan. Begitu sedihnya hatimu saat bersanding di pelaminan bersama kakak. Lantas haruskah kakak egois dengan mengabaikan apa yang kau rasakan saat itu. Sementara tanpa memperdulikan perasaanmu, kakak menunaikan kewajiban kakak sebagai suamimu di malam pertama. Sementara kau sendiri akan mematung dengan deraian air mata karena terpaksa melayani kakak?

Kau istriku dek, sekali lagi kau istriku. Kau tahu, kakak sangat mencintaimu. Kakak akan menunaikan semua itu manakala di hatimu telah ada cinta untuk kakak. Agar kau tidak merasa diperkosa hak-hakmu. Agar kau bisa menikmati apa yang kita lakukan bersama. Alhamdulillah apabila hari ini kau telah mencintai kaka. Kakak juga merasa bersyukur bila kau telah melupakan mantan kekasihmu itu. Beberapa hari ini kakak perhatikan kau juga telah menggunakan busana muslimah yang syar’i. Pinta kakak padamu dek, luruskan niatmu, kalau kemarin kau mengenakan busana itu untuk menyenangkan hati kakak semata. Maka sekarang luruskan niatmu, niatkan semua itu untuk Allah ta’ala selanjutnya untuk kakak.”

 Mendengar semua itu, aku memeluk suamiku. Aku merasa bahwa dia adalah lelaki terbaik yang pernah kujumpai selama hidupku. Aku bahkan telah melupakan Boby. Aku merasa bahwa malam itu, aku adalah wanita yang paling bahagia di dunia. Sebab meskipun dalam keadaan sakit, untuk pertama kalinya Kak Arfan mendatangiku sebagai seorang suami. Hari-hari kami lalui dengan bahagia. Kak arfan begitu sangat kharismatik. Terkadang dia seperti seorang kakak buatku dan terkadang seperti orang tua. Darinya aku banyak belajar banyak hal. Perlahan aku mulai meluruskan niatku dengan menggunakan busana yang syar’i, semata-mata karena Allah dan untuk menyenangkan hati suamiku.

 Sebulan setelah malam itu, dalam rahimku telah tumbuh benih-benih cinta kami berdua. Alhamdulillah, aku sangat bahagia bersuamikan dia. Darinya aku belajar banyak tentang agama. Hari demi hari kami lalui dengan kebahagiaan. Ternyata dia mencintaiku lebih dari apa yang aku bayangkan. Dulu aku hampir saja melakukan tindakan bodoh dengan menolak pinangannya. Aku fikir kebahagiaan itu akan berlangsung lama diantara kami, setelah lahir Abdurrahman, hasil cinta kami berdua.

 Di akhir tahun 2008, Kak Arfan mengalami kecelakaan dan usianya tidak panjang. Sebab Kak Arfan meninggal dunia sehari setelah kecelakaan tersebut. Aku sangat kehilangannya. Aku seperti kehilangan penopang hidupku. Aku kehilangan kekasihku. Aku kehilangan murobbiku, aku kehilangan suamiku. Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa kebahagiaan bersamanya begitu singkat. Yang tidak pernah aku lupakan di akhir kehidupannya Kak Arfan, dia masih sempat menasehatkan sesuatu padaku:

 “Dek.. pertemuan dan perpisahan itu adalah fitrahnya kehidupan. Kalau ternyata kita berpisah besok atau lusa, kakak minta padamu Dek.., jaga Abdurrahman dengan baik. Jadikan dia sebagai mujahid yang senantiasa membela agama, senantiasa menjadi yang terbaik untuk ummat. Didik dia dengan baik Dek, jangan sia-siakan dia.

Satu permintaan kakak.., kalau suatu saat ada seorang pria yang datang melamarmu, maka pilihlah pria yang tidak hanya mencintaimu. Tetapi juga mau menerima kehadiran anak kita.

Maafkan kakak Dek.., bila selama bersamamu, ada kekurangan yang telah kakak perbuat untukmu. Senantiasalah berdoa.., kalau kita berpisah di dunia ini..Insya Allah kita akan berjumpa kembali di akhirat kelak . Kalau Allah mentakdirkan kakak yang pergi lebih dahulu meninggalkanmu, Insya Allah kakak akan senantiasa menantimu..”

Demikianlah pesan terakhir Kak Arfan sebelum keesokan harinya Kak Arfan meninggalkan dunia ini. Hatiku sangat sedih saat itu. Aku merasa sangat kehilangan. Tetapi aku berusaha mewujudkan harapan terakhirnya, mendidik dan menjaga Abdurrahman dengan baik. Selamat jalan Kak Arfan. Aku akan selalu mengenangmu dalam setiap doa-doaku, amiin. Wasallam”


NB : Kisah Nyata dari Akhwat di Gorontalo, Sulawesi Utara

Dikutip oleh Abul-Harits darihttp://januarpambudi.blogspot.com/2012/08/kisah-akhwat-gorontalo.html dengan sedikit perubahan

free | tag | like | sharefollow twitter : @MCIslam_

Senin, 24 Maret 2014

Hukum Belajar Bahasa Arab ,, Nah lho :-)

بسم الله الر حمن الر حيم

Belajar Bahasa Arab merupakan Fardhu Kifayah, karena merupakan jalan untuk bisa memahami AL-QUR’AN dan ASSUNNAH, jika satu orang saja sekampung belajar Bahasa Arab, maka penduduk sekampung tidak akan berdosa. Ini kalau sekiranya disandarkan kepada penduduk kampung. Tapi kalau disandarkan kepada tiap individu Muslim, wajiblah belajar Bahasa Arab yang mana dalam amalan-amalan Fardlu seperti bacaan dalam Shalat, tidaklah shah tanpa Bahasa Arab. Imam Syafi’i berkata: wajib pada tiap-tiap Muslim untuk belajar Bahasa Arab kalau ingin sampai kepada kesungguhannya dalam melaksanakan kefardhuannya. Jika bukan karena mengamalkan Fardhu, maka belajar Bahasa Arab hukumnya sunnah, selain yang ingin mengetahui seluk beluk Syari’at Islam, karena wajib bagi para Alim Syari’at belajar Bahasa Arab untuk memahami tentang Syari’at Qur’ani atau Syari’at Haditsi.

Allah berfirman :

[12:2] Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.

[26:195] dengan bahasa Arab yang jelas.

[16:103. Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)." Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam[840], sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang.

[840]. Bahasa ‘Ajam ialah bahasa selain bahasa Arab dan dapat juga berarti bahasa Arab yang tidak baik, karena orang yang dituduh mengajar Muhammad itu bukan orang Arab dan hanya tahu sedikit-sedikit bahasa Arab.

Dan masih banyak dalil ayat-ayat yang lain, bahwa AL-QUR’AN Berbahasa Arab dengan lisan Arab, bukan Berbahasa Ajam (selain Bahasa Arab) juga bukan dari lisan Ajam. maka jika ingin memahami al-Qur’an, fahamilah secara lisan Arab. AL-QUR’AN tidak akan bisa difahami tanpa pengetahuan secara lisan Arab.

Para Masyayikh berkata: Tidak boleh tidak, dalam menafsirkan Qur’an dan Hadits, harus mengetahui apa yg menjadi dalil atas apa yg dimaksud dan yg dikehendaki Allah dan Rosulnya dari lafadz-lafadz dan kalimat-kalimat, dan bagaiman cara memahami Firmannya. maka kita dituntut untuk mengetahui Bahsa Arab untuk menjelaskan pengertian dari maksud Firman Allah dan Sabda RasulNya. Begitu juga kita diharuskan mengetahui dalil-dalil secara Lafzhiy atas Ma’aniy. Karena banyak yang salah langkah dalam beragama, dikarenakan kurang fahamnya pada masalah ini. Sehingga mereka membawa-bawa Firman Allah dan Sabda Rasulullah sebagai dalil atas apa yang difatwakannya. Padahal yg dimaskud tidaklah demikian.


copas dari http://nahwusharaf.wordpress.com/

Baru Tau :-)

بسم الله الر حمن الر حيم

Ternyata lemah atau kuat itu bukan masalah gender. 
Lemah bukan hanya milik wanita. Dan kuat buka hanya milik pria.
Menjadi lemah atau kuat itu ternyata sebuah pilihan.
Ada yg memilih maju dr lemah mjd kuat utk masa depan. Ada jg yg tetap memilih diam ditempat dgn keadaan yg sama dan rasa yg sama.
Yg jelas jika mengaku muslim yang baik, yg bercita2 mengukir masa depan yg indah (akhirat) dia lah org yg kuat.
Karena hidup ini perjuangan. Dan yg berjuang itu hanya dilakukan oleh orang2 yg kuat.






Ukur Sabar :-)

بسم الله الر حمن الر حيم

Butuh kesabaran dlm berbuat baik , btuh ksbaran dlm kejujuran, btuh kesabaran dalam setiap kebaikan. Agar kita mendapatkan kemenangan.
Tiada lagi yg sanggup dimaksimalkan setelah ikhtiyar sungguh2 selain TAWAKAL dan SABAR.
jika mengukur soal sabar, ada dua pendapat. ada yg bilang 'sabar ada batasnya'. ada jg yg bilang 'sabar itu ga ada batasnya'. 
bagi yg bilang 'sabar ada batasnya' mungkin dialah yg membatasi kesabarannya dalam menyikapi sebuah masalah. 
bagi yg bilang 'sabar itu ga ada batasnya', dia berusaha utk trus melapangkan hati utk terus bersabar apapun yg menimpa diri'y.
so, sebenarnya mana yang lebih baik ?
jawabannya : "coba aja praktekin kedua2 nya" :D


Kehilangan yang sederhana :-)

بسم الله الر حمن الر حيم
Kehilangan. Itu pasti. Apapun yg ada di dunia ini semua hanya titipan. apapun bentuk kehilangan itu. Dari Allah akan kembali lagi padaNya.

Tak perlu disesali apa yang sudah hadir dan sempat mampir dalam kehidupan kita. Terimalah kunjungannya, kelak ia akan pulang kembali.

Ikhlas kan apa yang pernah ada pada kita, kelak tidak akan kita miliki lagi.ikhlas lah.
Hanya satu yang harus kita jaga. Dan jadilah kita seseorang yang tak ridha kehilangannya. apa itu ?

Merasa tidak ikhlas lah jika kita harus kehilangan Allah, Rasul dan iman dalam diri kita. jangan pernah ridha.
Allah yang menghadirkan kita kedunia ini, tidak akan mungkin meninggalkan kita selama kita bergantung padaNya. Jangan lepaskan.

Rasulullah, ia lah teladan mulia sepanjang zaman. ittiba kepada ajarannya adalah jalan keselamatan bagi kita.
Iman. percaya akan kekuasaan Allah dan risalah Rasulullah adalah jalan bagi kita menuju syurgaNya.



Maka #Kenanglah :-)

بسم الله الر حمن الر حيم

* Kenanglah

Masih ingat ? kapan ketika kita memulai sebuah perjuangan ?
#kenanglah

sebuah perjuangan dari sebuah harapan yg ingin diwujudkan . masih ingatkah ? dan kapan terakhir diri kita berhenti berjuang ?
#kenanglah

rasanya tak mungkin ada kata berhenti dlm berjuang selagi kita menghargai hidup ini.
#kenanglah

semakin kedepan hidup kita, perjuangan semakin nyata. maka, terfikirkah utk berhenti berjuang ?
#kenanglah

maka nyatalah hakikatnya bahwa hidup itu perjuangan. perjuangan mndptkan harapan maupun perjuangan bangkit dr ktrpurukan
#kenanglah

maka #kenanglah suatu saat kelak, perjuangan itu teramat dirindukan setelah apa yg diharapkan itu sudah berada dlm genggaman.

hanya dikenang dan dirindukan tanpa ada keinginan utk kembali, maka
# kenanglah

bahwa kita pernah termasuk di dalam barisan orang2 yg kuat dlm mempertahankan posisi tegak dan tangguh dlm berjuang. maka # kenanglah


Siapa sih yang tidak #Ingin Menikah :-D

بسم الله الر حمن الر حيم

Siapa sih yg tidak #InginMenikah | hampir semua orang ingin mencapai titik tersebut, titik yang selalu indah ketika dibayangkan. MENIKAH ♡♥

 Jika kita memang #InginMenikah, memangnya sudah tahukah kita tujuannya apa? Sudah cukupkah ilmu dan hati kita utk menghadapi semua masalah?

 Sayang, gak semua dari kita yg #InginMenikah dikasih jalan terang dan kemudahan. Ada aja kerikil dan batu besar yg bikin tersendat.

 Kalau ada yg curhat #InginMenikah sama saya, saya akan tanyaaaa terus semua hal yg sudah disiapkan selama ini, termasuk upgrade diri.

 Hingga pada akhirnya masalah terbesar knp yg #InginMenikah blm juga temukan jalan adalah karena DIRINYA SENDIRI. Jlebbb.

 Asal²an dlm mbuat tujuan nikah. Empati yg tdk terlatih. Rasa ingin belajar & memperbaiki yg kurang, serta KEYAKINAN yg rapuh. #InginMenikah

Jadi siapapun yang #InginMenikah, please FOKUS lah pada apa yg ada dalam diri. Jgn dulu pusing dengan siapa calon, bgmn restu, dan materi.

 Allah SANGAT TAU kapasitas diri kita, jd kalau sdh pantas, ALLAH akan bukakan jalan yg begitu lapang bagi siapa saja yg #InginMenikah :)

 Eits, benahi diri bkn tersudut pd hal duniawi yaaa. Matangkan & mapankan EMOSI, PIKIR, dan kadar SPIRITUAL kita jika memang #InginMenikah :)

 Naaahhh... begitu yaaaa  :D





*share dari IBU MUDA @asriFit

Entri Populer

Total Tayangan Halaman