Ingatlah, Al-Imam As-Syafi'i berkata dalam kitabnya, Al-Umm :
" Ilmu bagaikan hewan buruan, mencatat ilmu sama dengan mengikatnya "

Abu Hanifah Muh.Faisal Al-Bantani Al-Atsary

Rabu, 13 Februari 2013

Bukan kau atau aku, tapi kita :-)


بسم الله الر حمن الر حيم

Bagiku keluarga adalah sebuah urutan  jenjang kehidupan dimana permulaannya dimulai dengan rumah tangga. Meskipun keduanya adalah satu kesatuan.  Rumah dan tangga. Keduanya dapat berdiri jika memiliki pondasi yang kuat dan kokoh. Dan dalam sebuah keluarga pondasi tersebut dapat dibangun dengan sebuah awal berupa kepercayaan.

Bagiku rumah tangga bukanlah dibentuk karena mencari sebuah kekuasaan bagi kaum lelaki. Meskipun seorang suami/ayah adalah seorang pemimpin dalam keluarga.

Bagiku keluarga bukanlah sekedar bentuk. Ia mempunyai suatu struktur organisasi kecil yang dibangun dengan  bentuk berupa team.

Team yang kokoh adalah team yang mampu memberi dan menerima. Bukan hanya dalam hal memberi dan menerima kelebihan ataupun kekurangan masing-masing. Akan tetapi memberi dan menerima nasihat, teguran, masukan atau sekedar kesediaan untuk mendengar dan memahami.

Tanpa memberi dan menerima , rumah tangga tidak akan seimbang. Dimana salah satu pihak berkuasa sendiri. Tanpa ada yang melengkapi.  Tak ada yang mengoreksi.

Suami maupun istri mempunyai kewenangan yang sama dan seimbang.  Kewenangan memberi koreksi atau menerima koreksi, kewenangan mendengarkan dan didengarkan, dll. Kewenangan apapun yang mereka kehendaki akan indah dan terwujud manakala ada teori memberi dan menerima itu.

Seorang suami/ayah dituntut menjadi pemimpin yang bijak dalam berbagai hal, sekaligus dalam perkara memberi dan menerima. Memberi teguran, nasihat, koreksi, masukan, semangat,dll. Begitupun dengan menerimanya. Ia mesti bijak dan menghindari sikap otoriter yang tidak masuk akal.

Seorang istri pun dituntut menjadi kepala rumah tangga yang bijak. Bijak dalam ke-rumah tanggaan. Posisinya sama dengan seorang suami yang dihadapkan dengan perkara memberi dan menerima.

Seorang suami memang seorang kepala keluarga, tapi seorang istri pun seorang kepala rumah tangga. Keduanya adalah pemimpin. Tapi jelas suami mempunyai posisi lebih tinggi dibanding istri. Jika salah seorang saja tidak berlaku seimbang, maka kehidupan harmonis pun akan menjauhi mereka. Begitu pula jika salah seorang tidak ada, rumah tangga pun tidak akan ada.

Jika saling memberi dan menerima itu tidak ada, rumah tangga itu akan goyah. Dan jika lama dibiarkan akan rusak dan roboh.
Begitu pun dengan anak-anak. Mereka punya kewenangannya sendiri. Pemenuhan hak seorang anak itu merupakan kewenangannya . Jelas dalam batas kewajaran dan dalam porsi yang sesuai kebutuhannya. Dan hal ini pun tidak menutup ruang dalam memberi dan menerima.

Semuanya tergantung bagaimana kita bersikap dengan bijak dalam memberi dan menerima semua kondisi yang ada dalam rumah tangga itu.

Disinilah peran saling ikhlas menerima dan memberi. Karena tanpa keduanya tidak akan tercipta keseimbangan.
Tentu untuk menyikapinya butuh komunikasi dan pengertian yang baik diantara keduanya. Karena mereka hanyalah manusia yang butuh saling melengkapi, saling mengisi. Tidak ada yang lebih unggul diantara keduanya.   Kesempurnaan itu adalah mereka berdua. Kelengkapan itu adalah kita .

Dan terakhir....
Bagiku memberi dan menerima itu sungguh indah 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Total Tayangan Halaman