بسم الله الر حمن الر حيم
Bagiku keluarga adalah sebuah
urutan jenjang kehidupan dimana permulaannya dimulai dengan rumah
tangga. Meskipun keduanya adalah satu kesatuan. Rumah dan tangga. Keduanya dapat
berdiri jika memiliki pondasi yang kuat dan kokoh. Dan dalam sebuah keluarga
pondasi tersebut dapat dibangun dengan sebuah awal berupa kepercayaan.
Bagiku rumah tangga bukanlah
dibentuk karena mencari sebuah kekuasaan bagi kaum lelaki. Meskipun seorang
suami/ayah adalah seorang pemimpin dalam keluarga.
Bagiku keluarga bukanlah sekedar
bentuk. Ia mempunyai suatu struktur organisasi kecil yang dibangun dengan bentuk berupa team.
Team yang kokoh adalah team yang
mampu memberi dan menerima. Bukan hanya dalam hal memberi dan menerima
kelebihan ataupun kekurangan masing-masing. Akan tetapi memberi dan menerima
nasihat, teguran, masukan atau sekedar kesediaan untuk mendengar dan memahami.
Tanpa memberi dan menerima ,
rumah tangga tidak akan seimbang. Dimana salah satu pihak berkuasa sendiri.
Tanpa ada yang melengkapi. Tak ada yang
mengoreksi.
Suami maupun istri mempunyai
kewenangan yang sama dan seimbang.
Kewenangan memberi koreksi atau menerima koreksi, kewenangan
mendengarkan dan didengarkan, dll. Kewenangan apapun yang mereka kehendaki akan
indah dan terwujud manakala ada teori memberi dan menerima itu.
Seorang suami/ayah dituntut
menjadi pemimpin yang bijak dalam berbagai hal, sekaligus dalam perkara memberi
dan menerima. Memberi teguran, nasihat, koreksi, masukan, semangat,dll.
Begitupun dengan menerimanya. Ia mesti bijak dan menghindari sikap otoriter
yang tidak masuk akal.
Seorang istri pun dituntut
menjadi kepala rumah tangga yang bijak. Bijak dalam ke-rumah tanggaan.
Posisinya sama dengan seorang suami yang dihadapkan dengan perkara memberi dan
menerima.
Seorang suami memang seorang kepala
keluarga, tapi seorang istri pun seorang kepala rumah tangga. Keduanya adalah
pemimpin. Tapi jelas suami mempunyai posisi lebih tinggi dibanding istri. Jika
salah seorang saja tidak berlaku seimbang, maka kehidupan harmonis pun akan
menjauhi mereka. Begitu pula jika salah seorang tidak ada, rumah tangga pun
tidak akan ada.
Jika saling memberi dan menerima itu tidak ada,
rumah tangga itu akan goyah. Dan jika lama dibiarkan akan rusak dan roboh.
Begitu pun dengan anak-anak.
Mereka punya kewenangannya sendiri. Pemenuhan hak seorang anak itu merupakan kewenangannya . Jelas dalam batas kewajaran dan dalam porsi yang sesuai
kebutuhannya. Dan hal ini pun tidak menutup ruang dalam memberi dan menerima.
Semuanya tergantung bagaimana
kita bersikap dengan bijak dalam memberi dan menerima semua kondisi yang ada
dalam rumah tangga itu.
Disinilah peran saling ikhlas menerima dan
memberi. Karena tanpa keduanya tidak akan tercipta keseimbangan.
Tentu untuk menyikapinya butuh
komunikasi dan pengertian yang baik diantara keduanya. Karena mereka hanyalah
manusia yang butuh saling melengkapi, saling mengisi. Tidak ada yang lebih unggul diantara
keduanya. Kesempurnaan itu adalah mereka
berdua. Kelengkapan itu adalah kita .
Dan terakhir....
Bagiku memberi dan menerima itu
sungguh indah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar