Ingatlah, Al-Imam As-Syafi'i berkata dalam kitabnya, Al-Umm :
" Ilmu bagaikan hewan buruan, mencatat ilmu sama dengan mengikatnya "

Abu Hanifah Muh.Faisal Al-Bantani Al-Atsary

Selasa, 21 Mei 2013

Bukan Kenangan yang Sekedarnya ( bag.1 )

بسم الله الر حمن الر حيم

Sudah lebih dari 3 minggu, sejak pasca moment yang sangat mengusik emosi  jiwa itu berlangsung, entah kenapa hati ini tak kunjung lepas dari merananya. Walau wajah tersenyum, tingkah lincah dan energik, tawa yang jenaka,  tapi masih ada saja yang belum bisa menyempurnakan semangat itu.. yaa,,, hati ini diliputi rasa resah. Bahkan sebelum moment itu terjadi pun hati ini sudah dilanda keresahan yang demikian hebatnya. Entah kenapa. Jujur, saya baru merasakan hal ini. Suatu moment yang dimana disitulah seseorang merasa kehilangan sesuatu yang dulu begitu penting bagi dirinya. Tapi dari sanalah ia mengaku bahwa seiring  berlalu nya moment itu, hati sudah jauh lebih plong, lebih lega. 

Namun disana saya sangat menyadari bahkan merasakan ada segurat bahkan setumpuk penyesalan dan ketidak ikhlasan dibalik perkataannya yang mencoba untuk  tegar dan meyakinkan saya saat itu bahwa ia kuat.  Yaaaaaa,,, saya sangat merasakan hal itu. Ntah lah… perasaan itu begitu kuat menguasai diri saya, hingga setiap merasakan kegetiran itu menetes lah air mata yang tak kuat lagi untuk dibendung dan akhirnya terisak. Sangat sakit, sangat pedih. Tapi apa yang bisa saya perbuat. Saya hanya bisa mengamini takdir yang sudah terjadi. Menyesali pun tak ada gunanya lagi.

Ia sempat bertanya, “kenapa sih kamu yang sedih, kamu yang nangis. Kan saya yang menjalani ini semua?”
Hftttt… pertanyaan itu hanya dijawab dengan kebisuan.

Di situlah saya berfikir seraya bertanya pada diri sendiri, “sebenarnya untuk apa air mata ini, untuk apa rasa sakit ini ?”  Tapi ya itu lah yang saya rasakan . Persoalan hati memang tidak selalu menuntut adanya  jawaban. Di lain waktu, mungkin hanya hati lah yang bisa menjawabnya tanpa harus berbentuk sebuah kalimat yang dapat menjelaskan itu semua.
Pada kesempatan lain, ia mengaku bahwa dirinya telah bangkit. Mencoba untuk membangun semangat baru. Dengan keceriaannya, saya melihat usahanya untuk bangkit lagi. Mengisi hari-hari kedepan dengan rencana-rencana yang sempat tertunda.  Ia mulai berjalan sedikit demi sedikit, meski masih terlihat lunglai karena dukanya pun belum pulih betul. Saya dukung dengan support . Ikhlas benar2 ikhlas. Saya tidak ingin melihat ia pilu lagi, berduka lagi, mendengarnya menangis lagi.

Namun terkadang di waktu yang lain, rasa sakit hati pun saya alami. Ntah faktor apa, saya pun tidak mengerti. Akhirnya saya pun menangis juga. Kembali saya bertanya, untuk apa saya menangisinya. Namun tetap tidak menemukan jawaban. Ntah lah, moment 3 minggu yang lalu itu selalu muncul dalam memory. Seakan saya hadir di saat itu, saya mengalami semua kejadian pada saat itu, seolah-olah saya terlibat dalam moment itu. Mungkin saat ini, hanya Allah yang mengerti apa yang saya alami.

Pengakuannya tempo hari, menjelang moment itu, ia sempat menceritakan sesuatu yang penting , yang dulu pernah ia lakukan terhadap saya tanpa saya ketahui . Mendengarnya saya kecewa, miris, sakit hati, ingin marah, kesal. Namun, saya hanya bisa tersenyum miris, dan bertanya untuk meyakinkan bahwa itu telah terjadi. Marah pun untuk apa. Menggerutu pun buat apa. Ahhh… ia pun menyesalinya . Mengakui bahwa itu salah. Tapi disitulah hati saya terluka. Di situ lah ia menggoreskan perih yang begitu dalamnya.

Namun, saya mencoba untuk memaafkannya, dan menerimanya. Dan ia meminta agar saya tetap kuat, dan menjadi penguat baginya. Maklum itu pun akhirnya membuka pintu maaf baginya. Jika boleh berpendapat , semua orang pasti lah punya masa lalu, yang seolah-olah tak termaafkan. Namun pintu maaf tak pernah memberi batas untuk seseorang yang berusaha memperbaiki kesalahannya terdahulu.

( bersambung ke http://zaracecantia.blogspot.com/2013/05/bukan-kenangan-yang-sekedarnya-bag2.html)


sumber gambar : www.berbagaihal.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Total Tayangan Halaman