Ingatlah, Al-Imam As-Syafi'i berkata dalam kitabnya, Al-Umm :
" Ilmu bagaikan hewan buruan, mencatat ilmu sama dengan mengikatnya "

Abu Hanifah Muh.Faisal Al-Bantani Al-Atsary

Jumat, 07 September 2012

Pesan Cinta untuk Para Pemuda/Pemudi


“ Wahai para pemuda, mulailah untuk peka terhadap mereka, para orang tua“


Hmmmm...

Sebagian besar anak muda zaman sekarang  sering  kali mengeluh. Entah mengeluh soal keluarga, soal sekolah, kuliah, materi, ketidakpuasaan, dan masih banyak lagi.
Mereka pun sering mengeluhkan masalah tindakan orang tua nya terhadap mereka.

“ Huh, kenapa sih  aku selalu diatur-atur, harus begini lah, begitulah. Aku kan udah gede, ngapain sih masih repot2 ngatur aku. Aku kan gak suka . Trus kenapa sih apa yang pengen aku lakuin selalu ditanya ini dan itu. Aku kan juga sebel ditanyain terus.  Kepo banget orang tua tuh yaaaa...“

Yaaaaaaa,,, masih banyak lagi keluhan2 yang berirama serupa.

Yaaaa... dengan keluhan seperti itu akan membentuk kepribadian  mereka menjadi seorang  yang selalu melawan, pembangkang, pembohong, pencaci, bahkan durhaka.

Masya Allah... jika tidak dituruti keinginannya keluarlah kata2 yang berhias binatang piaraan, atau kata2 “gaul” para preman... hmmmm...

Wahai anak muda, ketahuilah dan coba buktikan di masa ketika kamu menjadi seorang ayah atau seorang ibu.

Coba buktikan ketika kalian mengalami masa2 perguliran sebagai orang tua.
Ketika seorang wanita sedang mengalami proses melahirkan, maka akan dirasakan lah secara tiba2 kasih sayang yang amat sangat terhadap ibunya. Barulah ia sadar, ia tahu, betapa sakitnya , betapa payahnya melahirkan seorang anak itu.
Baru lah tersadarkan, apaaa yang saya perbuat terhadap ibu belakangan ini. Syukur bisa dirasa ketika saat proses melahirkan sang ibu ada di sisinya. Menemaninya berjuang , membisikkan do’a2 terbaiknya sepanjang zaman, memotivasinya melebihi sang motivator ulung.
Tapi apa daya jika ditengah perjuangan menantang maut itu, sang ibu justru sudah berada di Sisi-Nya, Sang Khalik.  Hmmmmmmmmm..... hanya sesal yang dirasa. Ntah akan dilarikan kemana permintaan maaf ini dan  akan dihulukan kemana aliran air mata ini, atas kelakuan yang tak patut ditunjukkan kepada ibuku..

 Rabbi, hanya sesal yang dirasa. Perih rasanya...

Baru lah mereka akan membenarkan nasihat2 atau perkataan ibunya yang selalu dibantah nya, selalu dilawannya...

Begitu pun ketika seorang anak lelaki yang sering kali menghambur-hamburkan uang yang diamanahkan untuk kepentingan lain, bukan untuk dirinya. Ia hambur2 kan untuk berfoya2 dengan teman2 nya.

Baru lah dirasa payah nya menunaikan kewajiban sebagai seorang suami dan menjadi seorang ayah untuk menafkahi anak dan istrinya, bahkan jika mampu membiayai pula kedua orang tuanya dan mertuanya. Membanting tulang, menguras otak hanya untuk mendapatkan uang untuk biaya sehari-hari,biaya sekolah anak, dan kebutuhan lainnya.

Rabbi, tak ku ragukan dulu ,, tak kupedulikan dulu... bagaimana ayah mencari nafkah untuk menyekolahkan ku. Sedang,  apa yang ku perbuat. Menghambur2kan uang yang bahkan bukan untuk memenuhi kebutuhan ku, melainkan untuk SPP kuliah, untuk melunasi buku2 kuliah ku...  hanya kesia-siaan yang ayah ku dapat jika ia mengetahui perbuatan ku dulu.
Dulu, aku sering menyuruh kekasih ku untuk berbohong agar ia bisa keluar rumah untuk nge-date dengan ku malam2. Kusuruh ia berbohong, untuk mengerjakan tugas dirumah salah satu teman. Padahal kami berdua pergi ke sebuah tempat yang kurang begitu ramai dilewati orang. Hanya untuk memenuhi permintaan ku.
Namun, apa yg kurasakan kini. Begitu cemas nya aku memikirkan anak gadis ku terlambat pulang. Apa yang ia kerjakan diluar sana ?  Apakah permintaan izin nya siang tadi memang betul2 benar dengan kenyataanya...

 Rabbi, aku sangat mengkhawatirkan anak gadis ku itu.

Jelas lah kesadaran ku kini, bahwa jika ku tahu anakku berbohong hanya untuk menuruti permintaan kekasihnya itu,,, hatiku perih tak terbantahkan lagi....
Betapa dulu, orang tuanya begitu menjaga nya ketat. Yaaaa... inilah yang beliau rasa dulu. Rasa cemas yang mendalam...

Andai ku tahu dulu rasa ini, aku enggan untuk menyuruh kekasih ku berbohong hanya untuk menuruti permintaanku..
Ya... semua penolakan orang tua kepada kita, nasihat2 nya... suatu saat akan kita yakini benar adanya...

Renungkan saudaraku, maka kamu akan sadari betapa dahsyat bahasa cinta mereka untuk kita, yakinlah  J


Entri Populer

Total Tayangan Halaman